Pengertian Autisme - Ciri, Penyebab, Jenis, Cara dan Terapi


Pengertian Autisme - Ciri, Penyebab, Jenis, Cara dan Terapi

Autisme pada dasarnya adalah satu kelainan biologis pada penyandangnya. Pada saat ini autisme dikategorikan sebagai “biological disorder”, dalam arti bahwa autisme bukan yaitu gangguan psikologis. Lebih spesifik dapat dikatakan bahwa autisme adalah satu gangguan perkembangan karena adanya kelainan pada sistem saraf penyandangnya (neurological or brain based development disorder). Autisme menmemperoleh terjadi pada siapa pun, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang.

Pengertian-Autisme

Sampai saat ini, penyebab GSA belum menmemperoleh ditetapkan. Negara-negara maju yang sanggup melakukan penelitian menyatakan bahwa penyebab autisme adalah interaksi JumAwang-awang faktor genetik dan mungkin berbagai paparan negatif yang didapat dari lingkungan. Kelainan ini menimbulkan gangguan, JumAwang-awang lain gangguan komunikasi, interaksi sosial, serta keterbatasan aktivitas dan minat. Autisme pada saat ini telah dikategorikan sebagai suatu epidemik di beberapa negara.


Penanganan yang telah tersedia di Indonesia antara lain terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, dan pendidikan khusus. Beberapa dokter sedang penatalaksanaan penanganan biomedis dan diet khusus. Penanganan lain tampaknya integrasi auditori, oxygen hiperbarik, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi Herbi lumba-lumba, juga sering ditawarkan.


Pengertian Autisme

Autisme atau autis yaitu salah satu gangguan perkembangan pada anak, dimana terjadi permasalahan pada interaksi sosial, persoalan komunikasi dan bermain imajinatif “seolah-olah hidup memiliki dunia bermain sendiri” yang akan muncul sejak anak berusia di bawah tiga tahun. Istilah autisme asal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti aku atau diri “self”.


Pengertian Autisme Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat dua pengertian autisme menurut para ahli, terdiri atas:

  1. Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisme adalah gejala menutup diri Otodidak secara total, dan tidak mau berhubungan lagi Herbi dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
  2. Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki ciri-ciri merupakan penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi, misalnya Herbi tidak memberikan respon ( tersenyum, dan sebagainya ), bila di ‘liling’, diberi makanan dan sebagainya, serta tampaknya tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitar, menambah mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau menyampaikan ya atau tidak, atau ucapan-ucapan lain yang menambah jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran ( mendengarkan suara orang tua pun menangis ), senang sedang stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap.
  3. Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisme adalah cara Paradigma yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri Otodidak, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan Otodidak dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003), penyandang akan berbuat semaunya Otodidak, baik cara berpikir maupun berperilaku.
  4. Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampaknya pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan menambah ada respon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002).
  5. Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, Herbi akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional Herbi orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Autisme berlanjut sampai dewasa bila tak dikerjakan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat sebelum usia tiga tahun.
  6. Yuniar (2002) menyampaikan bahwa Autisme tidak pandang bulu, penyandangnya menambah tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun macam makanan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan penyandang Autisme ialah 4 : 1.

Ciri-Ciri Autisme

Berikut ini terdapat dua ciri-ciri autisme, terdiri atas:


  1. Komunikasi
  • Tidak berbicara atau sangat terbatas.
  • Kehilangan kata-kata sebelum bisa mengatakan.
  • Kesulitan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan dasar.
  • Kurang menmemperoleh membangun kosakata.
  • Bermasalah mengikuti arah atau menemukan benda-benda yang bernama.
  • Mengulangi apa yang dikatakan (echolalia).
  • Bermasalah menjawab pertanyaan.
  • Ucapan yang terdengar berbeda karena nada tinggi.

  1. Keterampilan sosial
  • Kontak mata buruk Herbi orang atau benda.
  • Kurang dalam bermain keterampilan.
  • Menjadi terlalu fokus pada satu topik atau benda-benda yang menarik bagi mereka.
  • Masalah dalam berteman.
  • Menangismarah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada waktu yang salah.
  • Menyukai sentuhan atau pelukan.

  1. Reaksi terhadap lingkungan sekitar mereka
  • Gerakan Ironi goyang, mengepakkan atau lainnya (bergerak sendiri tanpa disadari).
  • Tidak memperhatikan hal-hal yang dilihat atau didengar.
  • Bermasalah terhadap perubahan dalam rutinitas.
  • Menggunakan benda-benda Herbi cara yang tidak biasa.
  • Tidak takut terhadap bahaya nyata.
  • Menjadi sangat sensitif atau menambah cukup sensitif terhadap sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya, menambah menyukai suara keras atau hanya merespons saat suara yang sangat keras, disebut juga gangguan integrasi sensorik).
  • Kesulitan Karnivora (hanya menerima makanan yang dipilih, menolak tekstur makanan tertentu).
  • Gangguan tidur.

Penyebab Autisme

Para ilmuwan menyebutkan autisme terjadi karena kombinasi berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang dipicu faktor lingkungan. Berikut adalah faktor-faktor yang diduga kuat mencetuskan autisme yang masih misterius ini.


  1. Genetik

Ada Verifikasi kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi pada terjadinya autisme. Menurut National Institute of Health, keluarga yang memiliki satu anak autisme memiliki peluang 1-20 kali Hiperbola besar untuk melahirkan anak yang juga autisme. Penelitian pada anak kembar menemukan, jika mapersoalan satu anak autis, kembarannya kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama. Random umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spektrum autisme. Gen tersebut berperan utama dalam perkembangan otak, pertumbuhan otak, dan cara sel-sel otak berkomunikasi.


  1. Pestisida

Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan Herbi terjadinya autisme. Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf pusat. Menurut Dr Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam pestisida berdampak pada mereka yang milik bakat autisme.


  1. Obat-obatan

Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu saat dalam kandungan memiliki risiko lebih besar mengalami autisme. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang dipakai buat mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan, kecemasan, serta insomnia. Obat thalidomide Otodidak di Amerika sudah dilarang beredar karena banyaknya laporan bayi yang lahir cacat. Namun, obat ini kini diresepkan buat mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker. Ad interim itu, valproic acid adalah obat yang dipakai buat penderita gangguan mood dan bipolar disorder.


  1. Usia orangtua

Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme dibandingkan Herbi perempuan berusia 20-29 tahun. “Memang belum diketahui Herbi pasti hubungan usia orangtua dengan autisme. Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen,” kata Alycia Halladay, Direktur Riset Studi Lingkungan Autism Speaks.


  1. Perkembangan otak

Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan Herbi autisme. Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga dihubungkan Herbi autisme.


Jenis-Jenis Autisme

Menurut ICD-10 “International Classification of Diseases, WHO 1993” dan DSM-IV (American Psychiatric Association, 1994), autisme diklasifikasikan menjadi lima macam yaitu sebagai berikut “Prasetyono, 2008:54-65”:


  • Autisme Masa Kanak-Kanak “Childbood Autism”

Autisme pada masa kanak-kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya telah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur tiga tahun. Ciri-ciri gangguan autisme ini ialah kualitas komunikasinya menambah normal, adanya gangguan dalam kualitas interkasi sosial dalam aktivitas, perilaku serta interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan streotip.


  • Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified “PDD-NOS”

Gejala ini menambah sebanyak seperti pada autisme masa kanak-kanak. Kualitas dari gangguan tersebut Hiperbola ringan, sehingga anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi facial menambah terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.


  • Sindrom Rett “Rett’s Syndrome”

Gangguan perkembangan yang cuma dialami oleh anak wanita. Sekitar umur enam bulan, bayi akan mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang pada umur lima bulan sampai Loka tahun. Gerakan tangan menjadi tidak terkendali, Konvoi yang terarah hilang dan disertai dengan gangguan komunikasi serta penarik diri secara sosial. Selain itu terjadi gangguan berbahasa, perseptivitas, ekspresif, serta kemunduran psikomotor yang hebat. Hal yang sangat khas adalah timbulnya Konvoi tangan yang terus menerus.


  • Gangguan Disintegratif Masa Kanak-Kanak “Childbood Disintegrative Disorder”

Gejala timbul setelah umur tiga tahun. Perkembangan anak sangat baik selama dua tahun sebelum terjadinya kemunduran yang hebat. Pertumbuhan yang normal terjadi pada usia 1 sampai 2 tahun, kemudian anak akan kehilangan kemampuan yang sebelumnya sudah dikuasai dengan baik.


Lebih banyak terdapat pada anak laki-lakim perkembangan bicaranya menambah terganggu tetapi mereka kurang berkomunikasi secara timbal balik. Berbicara Herbi tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang memakai bahasa tubuh. Sangat terobsesi kuat pada satu benda mempunyai daya ingat yang kuat dan menambah mempunyai kesuliyas dalam pelajaran di sekolah.


Tingkatan Autisme

Berdasarkan tingkat kecerdasan “IQ”, autisme dibagi menjadi tiga tingkatan merupakan ” Pusponegoro dan Solek 2007″:

  1. Low Functioning “IQ rendah”
    Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori low functioning “IQ rendah” maka di kemudian hari hampir dipastikan penderita ini menambah dapat diharapkan untuk hidup mandiri sepanjang Etos penderita memerlukan bantuan orang lain.
  2. Medium Functioning “IQ sedang”
    Apabila penderita masuk ke dalam kategori medium functioning “IQ sedang” maka dikemudian hari masih bisa Etos bermasyarakat dan penderita ini masih bisa masuk sekolah khusus yang memang dibuat buat anak penderita autis. c. High Functioning “IQ tinggi”. Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori high functioning “IQ tinggi” maka dikemudian hari bisa Etos mandiri bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya menmemperoleh juga hidup berkeluarga.

Menurut Childhood Autism Rating Scale “CARS”, autisme dibagi menjadi tiga tingkatan merupakan “Mujiyanti, 2011”:

  • Autis Ringan
    Pada keadaan ini anak autisme masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun menambah berlangsung lama. Anak autisme ini dapat memberikan sedikit respon saat dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka dan dalam berkomunikasi dua arah meski terjadinya hanya sesekali.
  • Autis Sedang
    Pada keadaan ini anak autisme masih menunjukkan sedikit kontak mata namun menambah memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri Otodidak, acuh dan gangguan motorik yang stereopik Kecenderungan agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.
  • Autis Berat
    Anak autisme yang Barbar pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat menambah terkendali. Biasanya anak autisme memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan selalu menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah namun anak menambah memberikan respon dan tetap melakukannya bahkan dalam keadaan berada dipelukan orang tuasnya, anak autisme tapi memukul-mukulkan kepalanya, anak baru berhenti setelah Empati kelelahan kemudian langsung tertidur.

Cara Penanganan Autis

Berikut ini terdapat dua cara penanganan autis, terdiri atas:


  • Kenali Anak ; Awal Menangani Anak Autis

Hanya sedikit anak-anak autis yang “buruk” Herbi sengaja, banyak dari mereka yang memiliki perilaku yang sulit. Setiap anak berbeda, dan mengetahui anak Otodidak adalah kunci untuk mengambil tindakan. Apakah anak ekstra-sensitif terhadap suara dan cahaya? Apakah dia perlu banyak “Input Sensorik”  (input/masukan melalui pancaindra)? Apakah dia akan mapersoalan mengerti dengan pendekatan Anda? Semakin banyak Anda tahu, semakin gampang untuk menangani anak autis.


  • Ubah Keinginan Anda Terhadap Anak

Orang tua mungkin mengajarkan anak mereka buat duduk diam selama waktu makan. Akan tapi itu bukan keinginan yang wajar bagi kebanyakan anak autis. Cobalah memulai Herbi tujuan yang lebih kecil, seperti duduk diam selama tiga menit, Karnivora dengan sendok, atau apa pun yang kita Paradigma dia bisa menangani. Kemudian barulah membangun Disorientasi yang lebih besar, seperti duduk diam selama waktu makan.


  • Ubah Lingkungan Tempatnya Berada

Keamanan adalah kuncinya. Demi menangani anak autis, menciptakan lingkungan yang aman adalah sebuah tantangan. Karena begitu banyak perilaku anak mungkin memiliki potensi yang membahayakan dirinya, sangatlah utama untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti membaut rak pada dinding dan/atau lantai Herbi kencang, atau memastikan lemari berdiri dengan aman. Atau bisa juga menutupi Herbi benda lain yang bisa mencegahnya untuk memanjat.


  • Pertimbangkan Kemungkinan Sumber Perilaku

Banyak anak autis sangat menginginkan, atau sebaliknya “over-respond” terhadap Input Sensorik. Sebagian lagi berganti-ganti diantara keduanya. Sangat tidak jarang perilaku “buruk” anak autis sebenarnya adalah reaksi terhadap Input Sensorik berlebih, atau terlalu sedikit. Dengan hati-hati mengamati anak, kita mungkin menmemperoleh mengetahui penyebabnya.


  • Hilangkan Input Sensorik Hiperbola Untuk Menangani Anak Autis

Jika reaksi anak berlebih terhadap Input Sensorik, ada banyak cara buat mengubah situasi ini. Tentu saja, pilihan pertama adalah cuma menghindari penyebab Input sensorik berlebih seperti parade, Landskap hiburan dan sejenisnya. Ketika itu tidak bisa dikerjakan, kita bisa menggunakan sumbat telinga, mainan yang bisa mengalihkan, atau cara membujuk lainnya buat menangani anak autis sementara waktu.


  • Menyediakan Input Sensorik Untuk Menangani Anak Autis

Jika anak menabrakkan diri di sofa, memanjat dinding atau berputar-putar, kemungkinan dia melakukan membutuhkan “Input Sensorik”. Kita dapat menyediakan Input Sensorik dalam dua cara yang tepat. Beberapa orang menyarankan menangani anak autis dengan pelukan hangat, lainnya menyarankan menghimpitnya memakai bantal sofa dengan hati-hati, menggulung mereka tampaknya “hot dog” dalam selimut, atau memberi mereka rompi atau selimut yang diberi pemberat.


  • Cari Jalan Keluar Positif Untuk Konduite Tidak Biasa

Sementara memanjat di pusat hiburan mungkin adalah perilaku “buruk”, memanjat di tempat olahraga bisa menjadi cara yang bagus buat membangun otot dan persahabatan, pada saat yang sama. Ad interim berputar-putar di toko kelontong mungkin aneh, adalah hal wajar buat berputar di ayunan ban. Yang menjadi persoalan di satu tempat, mungkin menjadi manfaat jika dikerjakan di tempat lain.


  • Nikmati Keberhasilan Anak

Kita sebagai orang tua, adalah yang seharusnya memberi semangat atas keberhasilan pertama anak. Kita senang saat ia mengatakan “ya” untuk sebuah ajakan bermain, melengkapi kalimat, atau menendang bola bolak balik dua kali. Dia mungkin tidak akan menjadi kapten tim sepak bola, tapi dia berhasil menjadi dirinya sendiri.


  • Kurangi Kekhawatiran Terhadap Opini Orang Lain

Anak benar-benar sedang pekerjaan dengan baik di toko kelontong. Dia mungkin mengepakkan tangannya sedikit, tapi itu bukan persoalan besar. Sampai kita menangkap mata seorang ibu, dari gadis kecil yang sempurna, menatap anak kita. Tiba-tiba kepakan anak kita tampaknya seperti masalah yang sangat besar, dan kita menemukan diri membentak anak, “..letakkan Ironi ke bawah…!”. Ini tidak mudah, tetapi utama untuk diingat bahwa dia autis, dia menambah dengan sengaja mempermalukan kita.


  • Temukan Cara Bergembira Bersama

Tidaklah gampang untuk menyatukan autisme dan kegembiraan. Tetapi jika kita berpikir, ketika melakukan menangani anak autis; menggulung anak hingga tampaknya “hot dog”, memantul di trampolin atau bahkan duduk dan berpelukan bersama-sama menmemperoleh menjadi sangat menyenangkan. Daripada mengkhawatirkan tentang hasil terapis dari setiap tindakan, cobalah saja menikmati kekonyolan, gelitikkan, pelukan … dan anak kita sendiri. Setidaknya buat sementara waktu.


Terapi Autis

Berikut ini terdapat dua terapi autis, terdiri atas:


Terapi biomedik ini dikembangkan oleh sekelompok dokter yang dinamakan Defeat Autism Now. Dalam terapi ini Hiperbola memfokuskan pada pembersihan dari fungsi-fungsi abrormal yang ada di dalam otak. Dalam terapi ini diharapkan menmemperoleh membuat fungsi dari susunan syaraf bekerja optimal sehingga nantinya gejala gejala pada autism akan Hiperbola berkurang bahkan dapat menghilang. Terpai biomedik ini biasanya melengkapi terapi terapi lainnya yang mana Herbi cara memperbaiki dari dalam. Obat-obatan yang digunakan pun juga Barbar dalam pengawasan dokter spesialis yang memang mempelajari mengenai autism.


Terapi edukatif ini memang paling banyak digunakan dalam mengatasi gejala-gejala autisme. Hegemoni terapi pendidikan ini mencakup beberapa jenis terapi lainnya mulai dari ABA, terapi okupasi, terapi wicara, terapi fisik, terapi perilaku, terapi sosial, terapi visual, dan lainnya.


Terapi ini berguna bagi dapat melatih otot-otot halus yang ada pada anak. Menurut penelitian yang ada, hampir segala kasus anak autisme memiliki keterlambatan pada perkembangan motorik halus. Gerak geraiknya Kesamaan sangat kasar dan kaku, mereka juga kesulitan dalam memegang Harta Mal dengan benar, sulit melakukan aktivitas semisal menyuapkan makanan dan lainnya. Sehingga Berhubungan dengan adanya terapi ini akan membuat anak-anak terlatih agar menmemperoleh membuat segala otot-otot di dalam tubuh menmemperoleh berfungsi dengan tepat.


Terapi ini Berlebihan memfokuskan dalam pemberian reinforecement positif dalam setiap kali anak merespon benar sesuai Berhubungan dengan instruksi yang sudah diberikan. Tidak ada Pengampunan hukuman dari presiden atau punishment di dalam menjalankan terapi ini. Namun jika anda menjawab mapersoalan maka dirinya akan mendapat reinforcement positif yang anak suaki. Terapi ini bertujuan bagi meningkatkan pemahaman serta kepatuhan anak kepada aturan-aturan yang ada. Untuk mendapatkan hasil yang siginifikan Tertentu saja hal ini harus diterapkan secara intensif.


  • Applied Behaviorial Analysis (ABA)

Terapi ini memang di desain khusus bagi anak dan sudah mengalami beberapa rangkaian pengujian pada anak Berhubungan dengan gejala autisme. Terapi ini paling banyak digunakan di Indonesia. Sistem ini dikerjakan dengan memberikan pelatihan khusus terhadap anak dalam bentuk hadiah/pujian serta mengukur kemajuan dari anak tersebut.


Beberapa orang yang menyandang autisme biasanya mengalami gangguan pada perkembangan motorik kasarnya. Kadang kala tonus otot menjadi lembek sehingga membuat penderita tidak mengurangi kuat berjalan. Keseimbangan tubuh juga menjadi kurang baik dan lainnya. Fisioterapi serta terapi integrasi sensoris akan menolong banyak dalam menguatkan otot-otot tersebut serta memperbaiki keseimbangan dari Kehilangan cairan tubuh anak.


Hampir semua kasus pada anak-anak menyandang autisme memiliki kesulitan dalam bebricara serta berbahasa. Terkadang kemampuan bicara cukup berkembang, namuan tidak mengurangi mampu digunakan untukberkomunikasi maupun berinteraksi dengan orang lainnya.


Terapi musik adalah penggunaan musik agar menmemperoleh membantu integrasi fisik, emosi, serta psikologis individu. Terapi musik ini juga digunakan sebagai treatment dari sebuah penyakit ataupun ketidakmampuan (Canadian Association for Music Therapy, 2002).


Anak yang memiliki gejala autisme akan Berlebihan mudah belajar dengan cara melihat. Sehingga hal ini yang melatarbelakangi terapi ini digunakan dalam penyembuhan gejala autismen. Terapi visual merupakan cara atau metode belajar berkomunikasi Berhubungan dengan menggunakan gambar serta beberapa video game suntuk pengembangan ketrampilan komunikasi anak.


Terapi ini memiliki Mendasar jika keadaan anak autisme membuat anak melewatkan sedikit bahkan banyak Pembayaran sekaligus kemampuan dalam bersosialisasi. Yang termasuk di dalam terapi perkembangan ini JumAwang-awang lain adalah Floortime, yang mana dapat dikerjakan orang tua agar membantu interaksi serta kemampuan bicara anak menjadi Berlebihan berkembang.


Terapi ini merupakan pemanfaatan dari pola permainan sebagai sebuah media di dalam terapis, melalui ekspresi diri dan eksplorasi. Dalam terapi ini terapis akan bermain Berhubungan dengan menggunakan kekuatan terapiutik permainan yang dapat menolong dalam menyelesaikan kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal.


Demikianlah pembahasan mengenai Pengertian Autisme – Menurut Para Ahli, Ciri, Penyebab, Jenis, Tingkatan, Cara dan Terapi semoga Berhubungan dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂


Baca Juga Artikel Lainnya :

  1. Kurang darah adalah
  2. Disleksia Adalah
  3. Kepuasan Pasien adalah
  4. Bentuk Serangan : Pengertian, Jenis, Faktor Penyebab Dan Aspek Perilakunya
Terima kasih telah melihat situs kami Pengertian Autisme - Ciri, Penyebab, Jenis, Cara dan Terapi. Silahkan bagikan secara beretika.
Sincery Pendidikan Autis
SRC: https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-autisme/

powered by Blogger News Poster

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terapi Autis Dengan Berkuda | Universitas Gadjah Mada

Terapi Autis dengan Lumba-lumba

Pyratis, Alat Bantu Terapi untuk Anak Autis