Ayo Pelajari Terapi Dasar Bagi Anak Penyandang Autis Secara Gratis


Ayo Pelajari Terapi Dasar Bagi Anak Penyandang Autis Secara acak Gratis

Jakarta

- Istilah autisme belakangan makin marak didengar. Gangguan perkembangan ini umumnya dialami anak-anak, ditandai Berhubungan dengan perilaku berulang-ulang dan kurangnya kemampuan berkomunikasi serta berinteraksi. Namun orang tua tak perlu khawatir sebab gangguan ini bisa diterapi.

Semakin Percepatan anak penyandang autisme diterapi, semakin besar pula kemungkinannya bisa berperilaku sepertinya anak normal pada umumnya. Tanda-tanda autisme Belajar sendiri sudah dapat diketahui sejak anak berumur 2 tahun. Beberapa terapi yang bisa dikerjakan adalah terapi perilaku, terapi okupasi dan terapi wicara.

"Terapi okupasi dan wicara mutlak utama bagi anak-anak autis, karena sebagian besar dari mereka mengalami persoalan dalam koordinasi motorik dan berkomunikasi. Padahal kita tahu bahwa kemampuan motorik sangat perlu bagi anak-anak, autis maupun tidak mengurangi, agar anak mampu belajar dan mandiri," kata Gayatri Pamoedji, ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI).

Hal itu dikemukakan Gayatri dalam acara launching video pendidikan 'Terapi Okupasi' dan 'Terapi Wicara' yang digelar MPATI di Jl. Brawijaya XIII No. 9 Prapanca, DKI Jakarta Selatan, Selasa (26/3/2013). Video ini merupakan kelanjutan dari video terapi perilaku yang sebelumnya pernah dibuat MPATI.

Menurut Gayatri, ketiga terapi ini perlu dikerjakan secara berurutan. Jadi diawali dengan terapi perilaku lalu diteruskan Berhubungan dengan terapi okupasi dan terapi wicara. Terapi perilaku bertujuan memperbaiki perilaku yang dinilai menganggu, misalnya kadang tantrum atau rewel dan berteriak-teriak.

Setelah anak tenang, barulah menmemperoleh dilanjutkan dengan terapi okupasi. Terapi ini ditujukan agar anak menguasai keterampilan motorik halus dan motorik kasar Berhubungan dengan baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan melakukan sesuatu Berhubungan dengan otot-otot kecil pada tangan, misalnya menggenggam dan menggunting.

Sedangkan keterampilan motorik kasar merupakan Pergerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi Awang-awang anggota tubuh, misalnya berlari, melompat dan sebagainya. Terapi okupasi ini hanya bisa dikerjakan jika anak sudah tenang dan mendapat terapi perilaku terlebih dahulu.

"Harus yang pertama dulu, harus perilaku dulu. Paling tidak mengurangi anak harus dididik dulu baru bisa dilanjutkan terapi yang kedua. Kalau motorik kasar belum beres, motorik halus juga belum beres. Wicara itu masuk motorik halus," papar Gayatri.

Gayatri menjelaskan bahwa terapi yang menyasar kemampuan motorik ini amat diperlukan oleh anak penyandang autis. Apabila kemampuan motorik kurang berkembang baik, biasanya kemampuan sensori atau indera perasanya juga kurang berkembang.

Jika indra perasanya tidak mengurangi berkembang baik, maka proses belajar anak akan terganggu. Anak lalu mudah Ikut merasakan tak nyaman dan melakukan perilaku mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya Belajar sendiri seperti membentur-benturkan kepala atau menarik-narik rambut.

"Ada beberapa macam terapi lain yang katanya bisa bagi mengatasi anak autis, namun baru ketiga terapi inilah yang telah terbukti keabsahannya di seluruh dunia," ujar Gayatri yang juga memiliki putra penyandang autis ini.

Video terapi perilaku bisa diunduh secara gratis di situs MPATI, merupakan autismindonesia.org. Untuk terapi okupasi dan wicara, rencananya akan tersedia setelah tanggal 6 April 2013 nanti. Video ini memberikan pemahaman kepada orang tua cara yang tepat bagi mendidik anak penyandang autis.

(pah/vit)

Terima kasih telah melihat situs kami Ayo Pelajari Terapi Dasar Bagi Anak Penyandang Autis Secara Gratis. Silahkan bagikan secara baik.
Sincery Pendidikan Autis
SRC: https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-2204247/ayo-pelajari-terapi-dasar-bagi-anak-penyandang-autis-secara-gratis

powered by Blogger News Poster

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terapi Autis Dengan Berkuda | Universitas Gadjah Mada

Terapi Autis dengan Lumba-lumba

Pyratis, Alat Bantu Terapi untuk Anak Autis